Tapi Direktur University of Texas di Program Energi dan Lingkungan Amerika Latin dan Karibia Jorge Pinon melihat pandangan yang berbeda dari Torres. Dia mengatakan, seluruh jaringan listrik hampir runtuh setelah kebakaran baru-baru ini di dua dari 20 pembangkit yang sudah usang.
Sedangkan pembangkit listrik yang lain, menurut Pinon, terus-menerus mogok. "Ketika Anda terus menjalankan peralatan melewati jadwal pemeliharaan modalnya, itu jatuh ke dalam spiral tanpa solusi jangka pendek,” katanya.
Baca Juga:
Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
“Pemadaman terjadwal yang diumumkan bukan dalam bentuk solidaritas, melainkan kebutuhan untuk menghindari kemungkinan runtuhnya sistem secara total,” kata Pinon.
Rumah bagi seperlima dari populasi 11,2 juta penduduk dan pusat kegiatan ekonomi di Kuba ini telah terhindar dari pemadaman listrik harian.
Wilayah lain telah mersakan pemadaman listrik selama empat jam atau lebih selama berbulan-bulan. Namun kali ini wilayah ibu kota Kuba tersebut harus mendapatkan giliran meski protes terjadi di mana-mana.
Baca Juga:
Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
Pemadaman listrik telah memicu beberapa protes lokal kecil musim panas ini. Sedangkan setahun yang lalu pada Juli memicu kerusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh negeri saat ketidakpuasan memuncak.
Pemadaman listrik mencerminkan krisis ekonomi yang semakin dalam yang dimulai dengan sanksi baru AS yang keras di pulau itu pada 2019. Kondisi itu memburuk dengan pandemi yang menghancurkan pariwisata, kemudian invasi Rusia ke Ukraina.
Melonjaknya harga makanan, bahan bakar, dan pengiriman telah mengekspos ketergantungan impor dan kerentanan seperti infrastruktur yang rusak. Ekonomi negara itu turun 10,9 persen pada 2020, pulih hanya 1,3 persen tahun lalu. [jat]