Energynews.id | Ibu kota Kuba, Havana, akan memulai pemadaman listrik pada Agustus. Wilayah ini telah membatalkan karnaval dan mengambil tindakan lain ketika krisis energi negara tersebut memburuk dan terlah berjalan berkepanjangan.
Untuk saat ini, jadwal pemadaman listrik membuat masing-masing dari enam kota Havana akan mengalami pemadaman listrik setiap tiga hari. Pemadaman itu akan berlangsung selama jam sibuk pada tengah hari.
Baca Juga:
Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
Keputusan pemadaman ini dilaporkan harian Partai Komunis Havana Tribuna de la Habana yang mengutip hasil pertemuan lokal pihak berwajib Havana.
“Ini adalah momen untuk menunjukkan solidaritas dan berkontribusi sehingga Kuba lainnya tidak menderita pemadaman yang tidak diinginkan,” kata pemimpin Partai Komunis Havana yang berkuasa penuh Luis Antonio Torres seperti dikutip Tribuna.
Kuba telah bertahan lebih dari dua tahun kekurangan makanan dan obat-obatan, antrean panjang untuk membeli barang langka, harga tinggi, dan kesulitan transportasi. Pemadaman listrik hanya akan menambah frustrasi warga.
Baca Juga:
Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
Kondisi sebelumnya telah menyebabkan eksodus lebih dari 150.000 orang Kuba ke Amerika Serikat (AS) sejak Oktober dan kemungkinan keputusan terbaru itu akan membuat lebih banyak lagi warga di tempat lain yang melakukan hal sama.
Torres dan pemimpin lainnya pada pertemuan itu bersikeras bahwa telah bertindak dalam solidaritas sesama warga Kuba, bukan karena kebutuhan.
Mereka mengumumkan langkah-langkah lain seperti liburan massal untuk menutup perusahaan milik negara, bekerja dari rumah, dan pemotongan 20 persen dalam alokasi energi untuk bisnis swasta dengan konsumsi tinggi. Sedangkan karnaval yang dijadwalkan berlangsung bulan depan telah dibatalkan.
Tapi Direktur University of Texas di Program Energi dan Lingkungan Amerika Latin dan Karibia Jorge Pinon melihat pandangan yang berbeda dari Torres. Dia mengatakan, seluruh jaringan listrik hampir runtuh setelah kebakaran baru-baru ini di dua dari 20 pembangkit yang sudah usang.
Sedangkan pembangkit listrik yang lain, menurut Pinon, terus-menerus mogok. "Ketika Anda terus menjalankan peralatan melewati jadwal pemeliharaan modalnya, itu jatuh ke dalam spiral tanpa solusi jangka pendek,” katanya.
“Pemadaman terjadwal yang diumumkan bukan dalam bentuk solidaritas, melainkan kebutuhan untuk menghindari kemungkinan runtuhnya sistem secara total,” kata Pinon.
Rumah bagi seperlima dari populasi 11,2 juta penduduk dan pusat kegiatan ekonomi di Kuba ini telah terhindar dari pemadaman listrik harian.
Wilayah lain telah mersakan pemadaman listrik selama empat jam atau lebih selama berbulan-bulan. Namun kali ini wilayah ibu kota Kuba tersebut harus mendapatkan giliran meski protes terjadi di mana-mana.
Pemadaman listrik telah memicu beberapa protes lokal kecil musim panas ini. Sedangkan setahun yang lalu pada Juli memicu kerusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh negeri saat ketidakpuasan memuncak.
Pemadaman listrik mencerminkan krisis ekonomi yang semakin dalam yang dimulai dengan sanksi baru AS yang keras di pulau itu pada 2019. Kondisi itu memburuk dengan pandemi yang menghancurkan pariwisata, kemudian invasi Rusia ke Ukraina.
Melonjaknya harga makanan, bahan bakar, dan pengiriman telah mengekspos ketergantungan impor dan kerentanan seperti infrastruktur yang rusak. Ekonomi negara itu turun 10,9 persen pada 2020, pulih hanya 1,3 persen tahun lalu. [jat]