Konsumenlistrik.com I Peralihan dari kompor elpiji ke kompor listrik atau induksi disebut sebagai solusi menekan impor dan memperbaiki neraca perdagangan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN), melalui akun media sosialnya, menyatakan siap mengawal program pengalihan kompor berbasis energi impor (elpiji) ke kompor berbasis energi domestik (kompor listrik) atau kompor induksi.
Baca Juga:
PLN dan Pemko Medan Gelar Lomba Masak Pakai Kompor Induksi di Medan Independence Day Festival 2023
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan penggunaan kompor listrik bisa menghemat pengeluaran masyarakat. Langkah ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman antara PT PLN (Persero) dengan sembilan BUMN Karya.
Dia mengatakan, dengan menggunakan kompor listrik masyarakat bisa menghemat pengeluaran hingga 20 persen dibandingkan menggunakan kompor LPG. "Kalau 15 juta kompor terpakai penghematan yang luar biasa dalam menekan kompor LPG. Rakyat diuntungkan, yang rata-rata biaya masak di rumah Rp 147.000, jadi Rp 118.000 per bulan, hemat lagi 20 persen,” ujar Erick, seperti diberitakan Kompas.com, 1 April 2021.
Apa saja kelebihan dan kekurangan kompor induksi atau kompor listrik?
Baca Juga:
PLN Edukasi Kompor Listrik di Adhyaksa Sangihe Expo 2023
Dosen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta, Muhamad Ali, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/12/2021), menyebutkan beberapa kelebihan dari kompor listrik mulai dari lebih bersih dan praktis.
Berikut ini kelebihan-kelebihannya: 1. Tidak ada api, artinya lebih aman 2. Bersih 3. Tidak perlu ganti gas 4. Praktis tinggal putar knop langsung bisa masak 5. Dapur lebih bersih. Kekurangan kompor induksi Adapun kelemahan kompor listrik, menurut Ali, pertama, agak lambat karena tergantung daya.
Dia mencontohkan, untuk memasak mie instan saja bisa mencapai 20 menit. Kedua, butuh wajan, teko, panci, atau alat masak khusus untuk kompor listrik. Hal itu karena tidak semua alat masak yang biasa digunakan kompatibel dengan kompor listrik. Ketiga, butuh waktu lama untuk memasak sehingga rentan lupa jika ditinggal atau sambil melakukan aktivitas lainnya. Keempat, kurang cocok untuk memasak masakan Indonesia.
Ali mengatakan, apalagi jika memasak masakan berkuah. Ia menilai, kompor induksi cocok untuk memasak hidangan sederhana. Kelima, perlu perawatan ekstra karena harus dibersihkan secara teratur. Keenam, harga kompor induksi lebih mahal jika dibandingkan kompor gas. Selain itu, perlengkapan masaknya juga mahal. Ketujuh, kurang cocok untuk rumah tangga di Indonesia karena kebanyakan data listrik rumah tangga 1300 VA.
Mengenai efisiensi, menurut dia, tergantung harga gas dan listrik. "Kalau efisiensi tergantung harga gas dan listrik. Catatan, kalau watt besar di atas 2000 W mungkin waktu masak bisa setara atau lebih cepat dari kompor gas," ujar Ali.
Dihubungi terpisah, Ketua Program Studi Teknik Elektro S1 UNY Rustam Asnawi mengatakan, hemat atau tidaknya menggunakan kompor listrik perlu diuji menggunakan kompor listrik masing-masing dan aplikasi.
"Kalau yang dimaksud hemat adalah pengeluaran rupiah untuk pemakaian sehari-hari, bisa dilakukan riset sederhana menggunakan smartplug (untuk mengukur kWh)," kata Rustam kepada Kompas.com, Jumat (3/12/2021). Akan tetapi, memang ada variabel-variabel konstrain lainnya yang eliminir. (tum)