Konsumenlistrik.com | Perusahaan setrum negara PT PLN (Persero) melakukan penyempurnaan sistem digital rantai pasok material kelistrikan terpadu demi meningkatkan kecepatan dan ketepatan layanan kepada pelanggan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan digitalisasi rantai pasok material kelistrikan sangat penting bagi perseroan karena jumlah material yang dikelola di gudang-gudang PLN sangat banyak dan bervariasi, sehingga mustahil bisa dilakukan pengelolaan dengan baik jika dilakukan secara manual.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
"Kami memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pelayanan prima kepada lebih dari 82 juta pelanggan. Diperlukan sistem informasi rantai pasok material kelistrikan yang terpadu agar setiap permintaan pelanggan mulai dari keluhan, penyambungan baru hingga tambah daya dapat dilayani dengan cepat," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (9/4/2022).
Pada 7 April 2022, Darmawan mengunjungi Gudang Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kota Cikarang dan Gudang Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bekasi.
Dalam kunjungan itu, ia menemukan bahwa ketersediaan material sudah memadai dan sistem digital telah diterapkan masih perlu perbaikan di berbagai aspek.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Pergerakan material mulai dari diterima oleh Unit Induk dari Pabrikan, didistribusikan ke UP3, ULP, hingga ke petugas di lapangan telah menggunakan Aplikasi Gudang Online dan SAP.
Namun, Darmawan menilai perlu ada perbaikan dari sisi material fast moving karena ditemukan adanya disparitas antara jumlah stok yang ada di aplikasi dengan jumlah stok real di dalam gudang. Hal ini berdampak pada tidak akuratnya perencanaan pengadaan material.
Sebagai contoh stok kWh meter untuk penyambungan baru pelanggan atau Miniatur Circuit Breaker (MCB) yang dibutuhkan untuk penambahan daya.
Laju ketersediaan material ini sangat cepat membuat terkadang unit layanan kehabisan stok material tersebut, sehingga menyebabkan proses pelayanan kepada pelanggan menjadi tertunda.
"Ujung-ujungnya ini berdampak pada tidak optimalnya pelayanan kepada masyarakat," jelasnya.
Selain itu, Darmawan juga menemukan bahwa material maupun aset yang sudah terpasang, namun karena satu dan lain hal harus dikembalikan juga belum terkelola melalui sistem digital dan masih dikelola secara manual.
"Apakah aset tersebut masih bisa digunakan di tempat lain (relokasi) atau sudah rusak, tetapi masih bisa diperbaiki atau bisa juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini juga perlu dikelola dengan baik melalui sistem digital," terangnya.
Darmawan lantas membentuk tim task force digitalisasi pengelolaan inventori untuk bisa segera menyelesaikan persoalan. Ia mengatakan perlu ada tinjauan dan laporan yang day to day agar pengawasan bisa lebih optimal.
Darmawan berharap seluruh proses bisnis pengelolaan inventori di gudang PLN menjadi lebih simpel, rapi, proaktif dalam memastikan ketersediaan material dan akuntabel.
Seluruh prosesnya juga dapat dimonitor mulai dari jajaran direksi hingga petugas di lapangan. Dengan adanya perbaikan ini, dirinya meyakini pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan lebih baik.
"Ke depan tidak ada lagi cerita di mana pelanggan tidak terlayani dengan cepat karena permasalahan dalam pengelolaan material," pungkas Darmawan. [tum]