Konsumenlistrik.WahanaNews.co - PT PLN (Persero) berkomitmen untuk menggunakan energi bersih. PLN mengusulkan kepada pemerintah agar bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 75% di Indonesia.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan hal itu akan tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2024-2033.
Baca Juga:
Mudahkan Pelanggan Bayar Listrik, PLN Mobile Jalin Kolaborasi dengan MotionPay
Dia mengatakan bahwa sisa 25% dari bauran energi dalam negeri akan berbasis pada energi transisi menggunakan gas.
"Di dalam RUPTL yang baru ini, 75% penambahan dari kapasitas pembangkit adalah berbasis pada energi baru terbarukan, dan 25% berbasis pada gas," ungkapnya di sela acara Road To PLN Investment Days 2024, dikutip Rabu (5/6/2024).
Darmawan mengklaim, nantinya RUPTL terbaru tersebut akan menjadi RUPTL ter'hijau' perusahaan untuk mendorong tercapainya target netral emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) di Indonesia tahun 2060 mendatang.
Baca Juga:
Mudahkan Pelanggan Bayar Listrik, PLN Mobile Jalin Kolaborasi dengan MotionPay
"Kita merancang RUPTL, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, yang terhijau dalam sejarah PT PLN Persero. Kemudian juga pemerintah sudah mencanangkan Net Zero Emission 2060," imbuhnya.
Namun, untuk bisa memaksimalkan sumber EBT dalam negeri, Darmawan menyebutkan dibutuhkan adanya pembangunan infrastruktur berupa jaringan transmisi yang disebut sebagai Green Enabling Transmission Line atau Green Super Grid di Indonesia.
"Kemudian dalam proses menambah energi baru terbarukan, solar and wind dalam skala yang besar, perlu juga dirancang dan dibangun juga smart grid. Nah tentu saja dalam hal ini, PLN membangun suatu ekosistem yang kondusif untuk berkolaborasi, ekosistem yang kondusif untuk berinvestasi," jelasnya.
Dengan begitu, Darmawan klaim dengan didorongnya bauran EBT dalam negeri dan pembangunan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan bisa turut mendorong Indonesia lebih baik lagi.
"Kita perlu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi ini, yang sangat sehat ini agar terus berjalan terus, kemudian dalam proses ini tentu saja kita membangun kapasitas nasional yang bisa menciptakan lapangan kerja, memerangi kemiskinan, dan in the same time we taking care the environment," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero), Suroso Isnandar menyebutkan saat ini PLN sedang merancang greenest RUPTL 2024-2033, yang merupakan produk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN yang lebih hijau.
Pihaknya mengusulkan, pada 2030 nanti akan tambah 21 GW, 51,6% EBT. "Apakah ini cukup? belum kami ganti 800 MW batu bara jadi gas, kami belum puas," kata dia dalam acara Green Economic Forum 2024, Rabu (29/5/2024).
Suroso menjelaskan di dalam RUPTL sebelumnya, PLN sendiri telah berhasil menghapus pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara berkapasitas 13 ribu MW. Selain itu, perusahaan juga berhasil mengganti PLTU berkapasitas 1,8 GW dengan menggunakan pembangkit listrik EBT.
"Itu yang sedang kami lakukan, pendataan holistik, sistematis, tekan emisi di batu bara,," kata dia.
Selain itu, PLN juga telah menerapkan penggunaan biomassa melalui teknologi co-firing untuk menekan emisi dari PLTU batu bara. Setidaknya kebutuhan biomassa untuk tahun ini yakni mencapai 2,2 juta ton dan pada tahun depan sebesar 10 juta ton.
"Pada intinya kami membangun suatu ekosistem yang menuju ramah lingkungan, agresif ini kami punya landasan yang jelas," kata dia.
[Redaktur: Mega Puspita]