KonsumenListrik.com | PLN Group meraih 27 penghargaan dalam ajang Penghargaan Subroto 2021, Sebuah ajang penghargaan tertinggi dan bergengsi di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM).
Adapun penghargaan yang berhasil diboyong oleh PLN Group antara lain di bidang Keselamatan Ketenagalistrikan dari berbagai kategori, PLN Group meraih 10 penghargaan. Dalam Bidang Efisiensi Energi, PLN grup meraih 6 Penghargaan di Kategori Manajemen Energi di Gedung dan Industri. Selanjutnya untuk Penurunan dan Perdagangan Emisi Karbon di Sektor Pembangkit Listrik PLN meraih 11 penghargaan dari beberapa kategori.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menyampaikan kegembiraan atas capaian dari seluruh unit dan anak usaha yang meraih penghargaan ini. Terlebih PLTU Tanjung Jati B (TJB) Unit 4 turut meraih Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi atas peran terhadap penurunan emisi dan perdagangan emisi karbon.
“Kami berbangga atas Penghargaan Subroto tahun ini yang merupakan kerja seluruh insan PLN di setiap unit pemenang. Ini jadi motivasi penting bagi PLN, terlebih dalam mendorong sistem carbon trading (perdagangan karbon) sebagai upaya penurunan emisi di aset pembangkit kami,” ujar Zulkifli.
PLTU TJB Unit 4 di bawah pengelolaan Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B di Jepara Jawa Tengah, dalam ajang ini meraih penghargaan Juara 1 Kategori Penurunan dan Perdagangan Emisi Karbon di Sektor Pembangkit Listrik – Seller untuk PLTU Non Mulut Tambang di atas 400 MW.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
PLTU TJB Unit 4 milik PLN memiliki intensitas emisi terendah pada tahun lalu. PLTU TJB memiliki surplus kuota emisi yang cukup besar. Dalam uji coba perdagangan emisi ini, PLTU TJB Unit 4 pun sukses melakukan transfer kuota emisi kepada beberapa pembangkit sejenis seperti PLTU Punagaya, PLTU Pangkalan Susu, PLTU Sebalang dan PLTU Teluk Sirih dengan harga Rp 30.000 per unit karbon (1 ton CO2).
Zulkifli menjelaskan, PLN menaruh perhatian besar terhadap tren global dan transisi energi. Untuk itu PLN pun menurutnya telah menyusun strategi dan peta jalan untuk mendorong dekarbonisasi.
PLN menurutnya adalah satu dari tiga puluh perusahaan listrik global yang berkomitmen dalam Emisi Nol Karbon dan menargetkan akan mencapainya pada 2060 mendatang.
"Untuk bisa mencapai hal tersebut, salah satunya kami bekerja keras untuk mengejar target bauran energi 23 persen pada 2025 mendatang. Selanjutnya, kami merancang peta jalan penghentian PLTU hingga 2056 sehingga carbon neutral bisa dicapai," ujar Zulkifli.
Zulkifli menjelaskan, ada dua pendekatan yang dilakukan PLN dalam mencapai target tersebut. Pertama, menerapkan dekarbonisasi dalam portofolio PLN.
"Kami sudah menginventarisir produk dari rumah kaca. Kami memperkirakan puncak emisi Rumah Kaca akan terjadi pada tahun 2030 dan secara bertahap mengurangi dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060," tambah Zulkifli.
Pendekatan kedua, setelah melakukan inventarisasi, perusahaan mengembangkan lini bisnis baru yang mengedepankan dekarbonisasi nasional seperti pengembangan PLTS, SPKLU dan peralihan dari kompor gas ke kompor induksi.
Langkah-langkah ini diharapkan tidak hanya mendukung negara yang bebas emisi tetapi secara internal juga bisa meningkatkan keandalan dan keterjangkauan biaya.
Kedua, kata Zulkifli, cita cita dekarbonisasi ini juga perlu dukungan penelitian dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan. Ini perlu kerja sama semua pihak agar cita-cita tersebut bisa segera terealisasi.
Harapan ketiga terkait instrumen nilai ekonomi karbon. Sistem perdagangan karbon di sektor ketenagalistrikan ada sebagai produk dari serangkaian proses studi, konsultasi publik dan sekarang pindah ke tahap pengujian. Perdagangan Emisi Karbon bagaimana pun dinilai lebih tepat untuk menghadirkan inovasi dalam agenda pengurangan emisi bagi pembangkit yang dimiliki PLN.
"Kami melihat sistem perdagangan karbon ada sebagai instrumen yang lebih tepat untuk mendorong inovasi pengurangan emisi di unit pembangkit daripada mekanisme pajak karbon," ujar Zulkifli.
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam kesempatan tersebut menyebut terkait dekarbonisasi, pemerintah menargetkan capaian net zero emission atau emisi nol karbon terjadi pada 2060 mendatang atau lebih awal.
Ia pun mengajak semua pelaku usaha energi agar semakin aktif mendukung program transisi energi menuju net zero emission dengan berbagai strategi.Transisi energi menurutnya harus menjadi komitmen bersama seluruh pihak. Tak lupa pihaknya mengapresiasi para pemenang dalam Penghargaan Subroto tahun ini.
“Saya mengucapkan selamat pada para penerima penghargaan Subroto 2021. Prestasi dan sumbangsih tanpa pamrih ini telah diberikan saudara, bermakna besar bagi kemajuan bangsa Indonesia.” ujarnya.
Penganugerahan Penghargaan Subroto yang digelar Kementerian ESDM tahun ini meliputi 11 bidang. Di antaranya adalah bidang Keselamatan Minyak dan Gas Bumi, PNBP dan Kinerja Keuangan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pengusahaan Panas Bumi, Kinerja Badan Usaha Bahan Bakar Nabati dalam Penyaluran Bahan Bakar Nabati Jenis Biofuel, Keselamatan Ketenagalistrikan, PNBP Mineral dan Batubara, Inovasi Aspek Teknik dan Lingkungan Untuk Kaidah Pertambangan yang baik, Konservasi Geologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Wartawan Energi, dan Efisiensi Energi. (ams)