Konsumenlistrik.com | Pemerintah Swiss melalui proyek hibah kerjasama pembangunan State Secretariat for Economic Affairs (SECO) dan Pemerintah Indonesia mendukung penguatan kompetensi para dosen dan pranata laboratorium dari lima politeknik negeri di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Pelatihan tersebut digelar untuk dosen dan pranata laboratorium dari PEM Akamigas Cepu, Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Manado, dan Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Baca Juga:
UPTD PSA Gunungsitoli-Kejari Jalin Kerjasama Bidang Datun Layanan Sosial Anak
Pelatihan digelar selama dua minggu dari 21 Maret hingga 2 April 2022 di ASEAN Centre for Hydropower Competence (HYCOM), yang merupakan pusat pelatihan kompetensi yang dikelola PT Entec dan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) di Bandung, Jawa Barat.
Pelatihan penguatan kompetensi bagi dosen dan pranata laboratorium pendidikan Politeknik juga turut didukung oleh tenaga ahli industri. Adapun materi yang diberikan meliputi teknis desain, perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, serta supervisi PLTA.
Selanjutnya, peserta pelatihan mendapatkan uji kompetensi operasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Peserta juga akan melakukan kunjungan lapangan ke lokasi PLTMH di Kebun Teh Dewata Cikahuripan, CV Protel Multi Energy, dan PT Heksa Prakarsa Teknik, Bandung.
Baca Juga:
Memperingati Hari Bakti Adhyaksa ke-64: Kerjasama Membangun Kabupaten Karo
Rangkaian pelatihan ini merupakan bagian dari Renewable Energy Skills Development (RESD) yang merupakan proyek kerja sama antara SECO dan tiga lembaga kementerian Indonesia selama lima tahun.
Adapun ketiga lembaga itu adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Kementerian Ketenagakerjaan.
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, proyek kerja sama RESD antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) dan SECO Pemerintah Swiss diharapkan dapat membantu percepatan penambahan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
"Kerja sama tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan kilowatt hour (kWh) per kapita, mendorong tercapainya target bauran energi EBT sebesar 23 persen pada 2025, dan menjadi bagian konkrit dari langkah-langkah transisi energi menuju net zero emission pada 2060 atau lebih cepat," kata Laode, Jumat (25/3/2022).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaja mengatakan bahwa saat ini hanya ada dua lembaga pendidikan tinggi yang memiliki program energi terbarukan.
"Kita masih perlu banyak melakukan pengembangan program studi energi terbarukan untuk memastikan kompetensi sumber daya manusia mampu mendukung pencapaian target-target transisi energi Indonesia," tutur Beny.
Sebagai informasi, kegiatan pelatihan PLTA ini merupakan rangkaian dari pengembangan Program Diploma 4 (D4) Spesialisasi 1 Tahun (Semester 7-8) Energi Terbarukan Bidang Solar, Hydro, dan Hybrida.
Program baru ini ditargetkan mampu menghasilkan 450 lulusan Diploma 4 dengan gelar Sarjana Terapan Teknik Energi Terbarukan, khusus di bidang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Selain penguatan kompetensi bagi dosen, Pemerintah Swiss dan Pemerintah RI bersama-sama memberikan dukungan peralatan laboratorium energi solar dan hidro bagi masing-masing politeknik yang terlibat, serta memperkuat kerja sama dengan industri EBT melalui program magang industri.
Adapun mitra program RESD mencakup BPSDM Kementerian ESDM sebagai mitra utama, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Selain itu, program RESD juga bekerja sama erat dengan politeknik, lembaga pendidikan dan pelatihan kerja, asosiasi industri, Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) P2, dan sektor swasta. [tum]