Konsumenlistrik.com | Beredar di Whatsapp Grup (WAG) sebuah tautan palsu pembagian subsidi listrik sebesar Rp 2 Juta mencatut nama PT PLN.
Pihak PLN menyebut link tersebut merupakan hoaks, masyarakat diimbau agar lebih hati-hati.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Diketahui saat link tersebut diklik, pengguna akan diarahkan kelaman yang mirip dengan halam website tesmi milik PLN dengan desain yang dominan berwarna kuning, disana terdapat kuisioner atau form kolom yang bertuliskan "PLN Subsidi Pemerintah !, Melalui Kuesioner, Anda Akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan Rp 2 Juta".
Kemudian, laman akan menampilkan beberapa pertanyaan, pengguna diarahkan untuk mengklik salah satu jawaban yang telah dibuat seperti pilihan ganda (Choise).
Sementara itu, menanggapi hal tersebut, pihak PLN menyebut tidak ada pembagian listrik subsidi dengan cara mengisi form tersebut.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
“Dari kami tidak ada Broadcast semacam itu, itu bukan resmi dari kami, bisa jadi ini mengarah ke penipuan, lebih hati-hati,” ungkap Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Diah Ayu Permatasari.
Diah menyampaikan jika ada informasi resmi dari PLN masyarakat dapat melihatnya di halaman website resmi PLN atau melalui aplikasi PLN Mobile.
“Segala informasi dapat diakses di web resmi kita, jika ada link yang beredar seperti itu baiknya masyarakat lebih hati-hati, apalagi jika meminta upload data-data pribadi, bisa berbahaya, sebisa mungkin harap di croschek lagi,” tutupnya.
Seorang ahli IT, Danish Qalyubi menyebutkan, teknik tersebut bisa jadi adalah sebuah trik para hacker jahat untuk mencuri data pribadi orang.
"Dikenal dengan istilah Phising, hacker berupaya mengelabui dengan cara mencatut nama instansi-instansi tertentu agar orang percaya dan mau klik link tersebut," kata dia.
Dikatakannya, data yang menjadi sasaran phising adalah data pribadi seperti nama usia alamat, data akun berupa username dan password dan yang paling berbahaya data finansial. "Bahkan data bank juga dapat diembat seperti data kartu kredit dan akun rekening bank," ungkapnya. [tum]