Dari hasil peninjauan dan evaluasi proyek pembangkit sepanjang 2022, dia menuturkan, hanya terdapat kebijakan pengunduran COD dari sejumlah pembangkit untuk mengurangi beban pembelian listrik PLN. Keputusan itu diambil berdasarkan laporan dari PLN dan evaluasi proyek terkait.
“Dari hasil evaluasi proyek pembangunan pembangkit di 2022 hanya terdapat pengunduran COD,” tuturnya.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Sementara itu, Kementerian ESDM memproyeksikan reserve margin untuk sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali (Jamali) pada tahun ini berada di kisaran 47 persen dari standar yang ditetapkan 35 persen.
Di sisi lain, reserve margin untuk sistem di luar Jamali diperkirakan akan berada di bawah 29 persen dari standar yang ditetapkan di level 40 persen.
Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti kenaikkan beban pembelian listrik PT PLN dari pembangkit swasta yang meningkat drastis selama satu tahun terakhir.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Kenaikan beban itu terbilang eksesif yang ikut mengoreksi arus kas perusahaan setrum pelat merah itu dalam jangka panjang.
“Itu indikasi bahwa pembelian tenaga listrik terlalu eksesif, melampaui kecepatan penjualan listrik yang relatif sudah bagus 8,6 persen, di atas pertumbuhan ekonomi,” ujar Abra.
Selanjutnya, Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto menerangkan, peningkatan beban yang signifikan itu disebabkan karena beroperasinya dua pembangkit baru dari pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) pada periode tersebut.