KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO - Indonesia kembali menunjukkan komitmen kuatnya terhadap transisi energi bersih melalui serangkaian proyek strategis di sektor energi surya.
Salah satu tonggak penting terbaru adalah peresmian pabrik panel surya terbesar di Indonesia oleh PT Trina Mas Agra Indonesia, yang berlokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Baca Juga:
Jadikan PLTN Salah Satu Ketahanan Energi Nasional, ALPERKLINAS Apresiasi Institut Teknologi PLN Bentuk Lembaga Nuklir Taraf Internasional GINEST
Peresmian tersebut dilakukan langsung oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada 19 Juni 2025.
Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) menilai langkah ini sebagai bukti konkret bahwa Indonesia tidak hanya berkomitmen dalam wacana, tapi juga telah bertindak nyata dalam mendukung energi bersih.
“Pembangunan pabrik panel surya dan proyek PLTS skala besar menunjukkan bahwa Indonesia serius dalam menciptakan kemandirian energi sekaligus menekan emisi karbon,” ujar Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, Sabtu (28/6/2025).
Baca Juga:
Dukung Energi Bersih, ALPERKLINAS Apresiasi TOBA Lepas PLTU dan Fokus ke Proyek EBT 370 MW
Menurut Tohom, kehadiran industri panel surya dalam negeri merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor perangkat energi terbarukan.
Ia menegaskan bahwa ketersediaan panel surya produksi lokal akan mempercepat penetrasi PLTS di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil dan kepulauan.
“Kita jangan hanya bangga bisa beli panel dari luar negeri. Kini Indonesia bisa memproduksi sendiri, dan ini game changer. Distribusi energi bersih bisa menjadi lebih terjangkau dan merata,” jelas Tohom.
Pernyataan Tohom tak lepas dari sederet keberhasilan Indonesia dalam membangun berbagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), seperti PLTS Terapung Cirata di Jawa Barat yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2023.
Dengan kapasitas mencapai 192 MWp, PLTS ini tercatat sebagai yang terbesar di Asia Tenggara dan ketiga terbesar di dunia.
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi PT PLN (Persero) dengan perusahaan energi terkemuka asal Uni Emirat Arab, MASDAR.
Selain Cirata, Indonesia juga memiliki PLTS Likupang di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, yang mampu menyuplai listrik ke sekitar 15.000 rumah tangga dan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga lebih dari 20 kiloton.
Di kawasan timur Indonesia, PLTS Oelpuah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, telah menjadi penyumbang 4% dari kebutuhan listrik Pulau Timor.
Sementara itu, sektor industri juga tak mau ketinggalan. PLTS atap milik Coca-Cola Amatil Indonesia di Cikarang mencatat rekor sebagai yang terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 7,2 MWp.
Tohom menekankan bahwa proyek-proyek ini bukan hanya penting dari sisi teknis energi, tetapi juga berdampak langsung terhadap pemberdayaan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal.
“PLTS Likupang, misalnya, menyerap hampir 900 tenaga kerja lokal saat konstruksi. Artinya, transisi energi tidak sekadar menyelamatkan bumi, tapi juga membuka lapangan kerja dan memberi penghidupan,” ujarnya.
Ia menambahkan, Indonesia mesti terus mendorong skema investasi yang inklusif dan keberpihakan terhadap energi bersih dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
“Kalau kita konsisten, maka target 23 persen bauran energi terbarukan di 2025 bukan sekadar mimpi. Kita sudah ada di jalur yang tepat,” kata Tohom.
Tohom yang juga Mantan Wakil Ketua Umum DPP Gempita (Generasi Muda Peduli Tanah Air) ini mengingatkan bahwa Indonesia harus melihat peluang geopolitik di tengah transformasi energi global.
Menurutnya, negara-negara besar sedang berebut posisi sebagai pemain utama dalam industri energi terbarukan.
“Kalau kita terlambat, kita hanya jadi pasar bagi negara lain. Tapi kalau kita berani memimpin, Indonesia bisa menjadi eksportir teknologi energi hijau, bukan cuma konsumen,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan agar pemerintah pusat dan daerah bersinergi dalam percepatan adopsi energi surya.
“PLTS atap untuk rumah tangga dan UMKM harus digencarkan. Subsidi, insentif pajak, hingga kemudahan perizinan bisa jadi stimulus utama,” tutur Tohom.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan pabrik panel surya PT Trina Mas Agra Indonesia merupakan bagian dari ekosistem industri energi hijau yang terintegrasi.
“Kita ingin Indonesia tidak hanya sebagai konsumen energi bersih, tapi menjadi produsen dan pelaku industri global,” kata Agus dalam sambutannya.
Sementara itu, Direktur Utama PT PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, menyebut bahwa proyek PLTS Terapung Cirata telah membuka jalan bagi inovasi energi terbarukan lain di Indonesia.
“Kami berharap ini menjadi langkah awal untuk proyek-proyek energi bersih yang lebih luas dan inklusif,” ujarnya.
[Redaktur: Mega Puspita]