Produsen utama di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah berjuang untuk meningkatkan tingkat produksi mereka. Pasar juga bereaksi terhadap serangan di Uni Emirat Arab oleh kelompok Houthi Yaman.
Harga mendapat dukungan dari kekhawatiran atas kemungkinan konflik militer di Ukraina yang dapat mengganggu pasar energi, terutama pasokan gas alam ke Eropa.
Baca Juga:
Dunia Dilanda Krisis Energi, 700 Juta Orang Tidak Menikmati Listrik
“Sejauh ini tidak ada gangguan pasokan di Eropa Timur, jadi dugaan premi risiko terkait ketegangan tersebut tidak begitu tinggi,” kata analis UBS Giovanni Staunovo. Dia menambahkan, “Beberapa investor masih lebih memilih untuk menahan eksposur mereka.”
Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData, mengatakan retorika AS yang relatif lebih lunak terhadap Rusia mungkin telah menyebabkan “sebagian udara keluar dari ban pada reli minyak mentah ini.”
“Tetapi gambaran yang lebih besar di sini adalah bahwa dengan semua ketidakpastian geopolitik dan kekhawatiran sisi penawaran, harga terus terbawa arus,” katanya.
Baca Juga:
Gegara Ini, Amerika Serius Segera Menghukum Arab Saudi
Pada pertemuan 2 Februari, OPEC+ kemungkinan tetap dengan rencana kenaikan target produksi minyaknya untuk Maret, beberapa sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters seperti dikutip Antara.
“Ini karena beberapa produsen utama dalam kelompok OPEC+, termasuk Rusia, terus berjuang untuk memenuhi kuota produksi mereka,” kata Marshall Steeves, analis pasar energi di IHS Markit.
Produksi AS telah berusaha keras untuk lebih tinggi bahkan ketika jumlah rig meningkat, kata Steeves, menambahkan bahwa produksi bisa lebih tinggi tahun ini. [jat]