Energynews.id | Harga minyak global naik ke tingkat tertinggi lebih dari tujuh tahun di akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (29/1/2022) pagi WIB. Ini adalah kenaikan tertinggi sejak Oktober 2014.
Dalam enam pekan terakhir, harga minyak juga naik tertinggi dipicu gejolak geopolitik memperburuk kekhawatiran atas gangguan pasokan di tengah pasokan energi yang ketat.
Baca Juga:
Dunia Dilanda Krisis Energi, 700 Juta Orang Tidak Menikmati Listrik
Mengutip Reuters harga inyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret 2022 bertambah US$69 sen atau 0,77%, menjadi menetap di US$90,03 per barel, setelah sempat mencapai US$91,70 per barel level tertinggi sejak Oktober 2014.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret 2022 menguat US$21 atau 0,24%, menjadi ditutup di US$86,82 per barel, setelah mencapai tingkat tertinggi tujuh tahun di US$88,84 per barel selama sesi.
Minyak mentah berjangka AS sempat berubah negatif di awal sesi. Pada basis mingguan, kontrak acuan mencatat kenaikan terpanjang sejak Oktober. Untuk minggu ini, minyak mentah WTI dan Brent masing-masing meningkat 2,0% dan 2,4%, mencatat kenaikan mingguan keenam berturut-turut.
Baca Juga:
Gegara Ini, Amerika Serius Segera Menghukum Arab Saudi
Dalam catatannya, Jumat (28/1/20220, Carsten Fritsch, analis energi dari Commerzbank Research, mengatakan tidak ada alasan baru untuk menjelaskan lonjakan baru harga minyak mentah: masih ada kekhawatiran tentang gangguan pasokan jika krisis Ukraina meningkat.
Pasokan minyak yang ketat mendorong struktur pasar enam bulan untuk Brent ke kemunduran tajam 6,92 per barel, terluas sejak 2013.
Kemunduran terjadi ketika kontrak untuk pengiriman minyak jangka pendek dihargai lebih tinggi daripada bulan-bulan berikutnya, mendorong pedagang untuk melepaskan minyak dari penyimpanan untuk segera dijual.