“Pertanyaannya, skenarionya seperti apa? Misalnya, ini misalnya, pendanaan datang, investasi datang, kan harganya tetap lebih mahal dari batu bara. Siapa yang membayar gapnya ini? Siapa? Ini yang belum ketemu. Negara? Kita? Enggak mungkin. Angkanya berapa ratus triliun? Enggak mungkin,” bebernya.
“Atau dibebankan masyarakat? Tarif listrik naik? Juga tidak mungkin. Ramai nanti, gegeran kalau terjadi seperti itu, kan kenaikannya sangat tinggi sekali. Wong naik hanya 10 persen-15 persen saja demonya tiga bulan. Ini naik dua kali. Enggak mungkin. Pertanyaannya, skenarionya seperti apa sekarang kita?” lanjutnya.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Langkah Pemerintah Indonesia dalam Mendukung Transisi Energi
Terkait hal ini, Jokowi memberi tugas kepada Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk melakukan perhitungan.
“Yang konkret-konkret saja, tapi kalkulasinya yang riil. Ada hitung-hitungan angkanya yang riil. Kalau ini bisa kita mentransisikan, pasti ada harga yang naik. Lah pas naik ini, pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab? Pemerintah? Masyarakat? Atau masyarakat global? Mau mereka nombokin ini?” seru Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi juga memerintahkan kepada Luhut untuk mencoba mencari investasi EBT di dua titik, yakni di Sungai Kayan dan Sungai Mamberamo.
Baca Juga:
Kejar NZE 2060, PLN IP Kebut Pembangunan PLTS Total Kapasitas 500 MW
“Sungai Kayan sudah dihitung kira-kira bisa 13.000 megawatt, Mamberamo bisa kira-kira 24.000 megawatt. Oke, carikan investor yang bisa masuk ke sana. Kalau sudah masuk, jangan masuk lagi ke grid-nya PLN. Buat grid sendiri, masuk ke industri, industrinya siapkan, ada enggak yang mau masuk ke industri ini,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pada bulan depan pihaknya akan melakukan groundbreaking Green Industrial Park di Kalimantan Utara yang energinya dari hydropower Sungai Kayan.
“Industri yang akan masuk mengantre ternyata, yang ini saya kaget, ini mengantre. Kita coba dulu, mengantre. Yang mereka ingin semuanya, produknya itu dicap sebagai green product dengan nilai, dengan harga yang jauh lebih tinggi dari produk-produk yang dari energi fosil,” bebernya.