Konsumenlistrik.com | Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 192,5/ton. Ambles 3,79% dari posisi hari sebelumnya.
Harga batu bara dalam tren menurun. Harga si batu hitam terkoreksi selama empat hari beruntun, dan penurunannya bukan main-main.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Ini membuat harga batu bara turun dalam empat hari beruntun. Dalam empat hari tersebut, harga jatuh 17,94%. Wow...
Indonesia memainkan peran besar dalam kejatuhan harga batu bara. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mencabut larangan ekspor batu bara. Larangan itu sempat berlaku selama sebulan dan berakhir pada 31 Januari 2022.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin menyampaikan, dibukanya kembali keran ekspor batu bara kepada seluruh perusahaan batu bara karena mempertimbangkan kondisi pasokan batu bara dan persediaan batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) dan Produsen Listrik Swasta (Independent Power Producer/IPP) yang semakin membaik.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
"Terhitung sejak tanggal 1 Februari 2022, Pemerintah memutuskan untuk membuka kembali ekspor batu bara bagi perusahaan telah memenuhi kewajiban DMO (pemenuhan kewajiban dalam negeri) dan/atau telah menyampaikan Surat Pernyataan bersedia membayar denda atau dana kompensasi atas kekurangan DMO tahun 2021 sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 13.K/HK.021/MEM.B/2022," terang Ridwan, melalui siaran tertulisnya, kemarin.
Pasokan batu bara Indonesia memang sangat mempengaruhi pasar dunia. Maklum, Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar dunia.
Saat barang dari Indonesia seret, maka harga di pasar di pasar dunia tentu akan menanjak. Sepanjang Januari 2022, harga batu bara dunia melonjak 32,02% karena kebijakan larangan ekspor Indonesia.