Konsumenlistrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketua Umum Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS), KRT Tohom Purba, menegaskan perlunya percepatan implementasi fasilitas Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di seluruh daerah yang telah ditetapkan sebagai percontohan.
Ia meminta pemerintah tidak hanya fokus pada keberhasilan Surabaya, tetapi juga segera mengeksekusi program ini di 11 daerah lainnya.
Baca Juga:
Proyek Baru Masdar dan PLN Masuk Tahap Klarifikasi
“Surabaya telah membuktikan bahwa pengelolaan sampah menjadi energi listrik dapat menjadi solusi konkret untuk mengatasi persoalan limbah sekaligus mendukung transisi energi terbarukan. Namun, keberhasilan ini tidak boleh berhenti di satu kota saja. Pemerintah harus mempercepat langkah di daerah lain yang sudah ditetapkan sebagai percontohan,” katanya, Minggu (12/1/2025).
Ia juga mengingatkan bahwa program ini membutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, baik dalam hal pendanaan, regulasi, maupun sinergi dengan pihak swasta.
“Pemerintah harus memberikan tenggat waktu yang jelas dan insentif yang memadai untuk memastikan keberhasilan di 11 daerah lainnya,” tegas Tohom, yang juga Ketua Bidang Perlindungan Konsumen DPP Kongres Advokat Indonesia.
Baca Juga:
Proyek Baru Masdar dan PLN Masuk Tahap Klarifikasi
Surabaya menjadi kota pertama yang menerapkan teknologi PSEL di Indonesia. Dengan fasilitas di TPA Benowo, Surabaya mampu mengolah 1.600 ton sampah per hari tanpa sisa, menghasilkan listrik sebesar 12 megawatt.
Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan, memuji keberhasilan ini sebagai model yang harus direplikasi di kota-kota lain.
“Saya kira ini solusi menyelesaikan persoalan sampah di mana-mana,” ujar Zulkifli saat meninjau TPA Benowo, Selasa (7/1/2025).
Ia mengungkapkan pentingnya langkah ini untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang memicu peningkatan jumlah sampah.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa pihaknya juga terus mendorong budaya pemilahan sampah dari rumah agar volume sampah dapat berkurang.
“Target kami ke depan adalah mengurangi volume sampah dari 1.600 ton menjadi 1.400 ton per hari. Itu dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam memilah sampah dari awal,” kata Eri.
Pengolahan sampah dengan teknologi ramah lingkungan di Surabaya ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2021 dan menjadi yang pertama di Indonesia.
Selain menghasilkan energi listrik, upaya ini juga berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan akibat penumpukan sampah.
Sebagai penutup, Tohom kembali menggarisbawahi pentingnya transformasi pengelolaan sampah menjadi energi di tingkat nasional.
“Kesuksesan Surabaya adalah langkah awal. Ini harus jadi dorongan bagi daerah lain untuk bergerak cepat dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat,” pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]