Wahanakonsumen.com I Mereka yang punya BEV (Battery Electric Vehicle) diklaim lebih suka mengisi listrik di rumah.
Para pemilik mobil listrik rupanya masih enggan melakukan pengisian daya di Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPKLU).
Baca Juga:
Semangat Sumpah Pemuda, PLN Ajak Gen-B Dukung Penggunaan Transportasi Hijau
Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, mengatakan, dari 60 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) milik PLN, total transaksi yang tercatat sepanjang tahun ini hanya mencapai 5.000 transaksi dari total konsumsi sebesar 83.000 kWh.
“SPKLU kami sekitar 60, dan pemakaiannya hanya 83.000 kwh, transaksinya kurang lebih 5.000 dari Januari 2021,” ujar Bob, dalam webinar yang dilansir dari Youtube seperti diberitakan Harian Kompas (3/12/2021).
“Kalau kita bandingkan data dari Gaikindo, kendaraan listrik di Indonesia sebanyak 657 dibagi dengan 5.000, dalam satu bulan cuma sekitar 10 mobil,” kata dia.
Baca Juga:
Wujudkan Semangat Hari Sumpah Pemuda, PLN UID Jakarta Raya Gelar Entity Gathering
Menurutnya, tren mobil listrik yang mengisi daya listrik di SPKLU memang akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan di rumah.
Sementara itu, saat ini terdapat 114 pelanggan PLN yang telah memasang pengisian kendaraan listrik di rumah dan mencatatkan transaksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan di SPKLU.
Bob juga mengatakan, tren tersebut tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat, di mana 85 persen pengguna kendaraan listrik mengisi daya baterainya di rumah.
Ke depan, konsumsi listrik di rumah untuk pengisian kendaraan listrik akan menjadi pasar potensial bagi serapan listrik PLN.
Sebab, untuk mengisi daya baterai satu unit kendaraan listrik rata-rata membutuhkan waktu 4 jam dengan daya sebesar 10 kWh.
“40 kWh dikalikan dengan 1 juta [kendaraan listrik] itu 40 juta kWh kira-kira. Itu adalah berapa besar yang terserap,” ucap Bob. (tum)