Konsumenlistrik.com I Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai harga mobil listrik di Indonesia masih terbilang mahal. Kondisi ini membuat populasi dan penjualannya rendah, yaitu sebanyak 565 unit.
Pemerintah sedang memacu ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Namun untuk mewujudkan cita-cita tersebut masih menghadapi tantangan seperti harga yang masih mahal.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Sementara Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dan anggota Gaikindo sudah menyiapkan produk kendaraan ramah lingkungan tersebut.
"Umumnya mobil listrik yang baterai elektrik penuh relatif masih rendah populasinya, sampai saat ini masih 565 unit karena harganya masih sangat tinggi," kata Kukuh seperti dikutip dalam keterangan yang diterima Minggu (5/12/2021).
Saat ini harga jual kendaraan listrik di Indonesia paling murah Rp 600 juta, terlalu jauh dari kemampuan daya beli masyarakat di bawah Rp 250 juta. "Ini saya pikir cukup berat dan harganya cukup tinggi, jadi ada selisih harga sekitar Rp 300 jutaan antara harga mobil listrik dengan harga kendaraan yang diminati masyarakat kita," ujarnya.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Menurut Kukuh, pemerintah negara lain telah memberikan insentif berupa subsidi agar harganya terjangkau, sehingga masyarakat tertarik. Cara ini dilakukan Tiongkok dengan memberi subsidi sebesar US$ 15 ribu per unit. "Kendaraan listrik mendapat subsidi dari pemerintahnya, di Tiongkok kami dapat informasi subsidinya sekitar US$ 15.000 per unit, begitu juga di Korea Selatan," ujarnya.
Direktur Utama PLN Zuklifli Zaini mengungkapkan, untuk mengakselerasi ekosistem mobil listrik dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. Zulkifli melihat masyarakat membutuhkan kebijakan yang lebih menarik untuk membeli mobil listrik dibandingkan membeli mobil berbahan bakar fosil. "Terima kasih pemerintah telah menghapuskan PPnBM mobil listrik, tapi ada dua pajak yaitu PPn dan PPh yang dinikmati mobil fosil, tetapi belum dinikmati mobil listrik. Kami yakin dan berharap kebijakan pemerintah untuk melakukan penghapusan dari PPn dan PPh tersebut sesuai yang dinikmati mobil fosil," ungkapnya.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, untuk meningkatkan nilai tambah nikel menjadi baterai yang akan digunakan kendaraan listrik dibutuhkan investasi besar. Sejumlah perusahaan telah menyatakan minatnya untuk membangun industri kendaraan listrik di Indonesia. "Banyak pelaku otomotif mengembangkan investasi di kita, kalau kita lihat Hyundai kurang lebih Rp 20 triliun, ke depan Toyota juga berencana hingga 2032 sebesar Rp 28 triliun dan Honda sekitar Rp 74 triliun. Tadi LG sudah disebut sekitar Rp 104 triliun, jadi kalau lihat dari ekosistem memang sebenarnya cukup mendukung dengan investor-investor," tuturnya.
Untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat, meski Indonesia memiliki 20% cadangan nikel di dunia dan saat ini sejumlah fasilitas seperti pengisian daya sudah disediakan PLN.
Menurut Tauhid, pemerintah harus membuat kebijakan yang lebih kuat untuk menetapkan insentif yang lebih menggiurkan, sehingga investor lebih tertarik membangun industri kendaraan listrik di Indonesia. (tum)