Konsumnlistrik.com | Pemerintah Indonesia dapat menggunakan kesempatan dalam memimpin negara-negara Kelompok 20 atau G20 untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan di dalam negeri guna mencapai target nir emisi pada 2060 atau lebih cepat.
Manajer Proyek Clean, Affordable, and Secure Energy IESR Agus Praditya Tampubolon mengatakan topik transisi energi yang diusulkan oleh Indonesia memberikan peluang strategis bagi Indonesia untuk membangun percakapan dengan pemimpin negara lain mengenai masa depan energi bersih.
Baca Juga:
PBB Apresiasi Indonesia Terkait Upaya Mitigasi dan Solusi Krisis Global
"Dengan Indonesia menetapkan isu (transisi energi) sebagai isu prioritas itu akan melahirkan target dan kebijakan baru, sehingga lebih gampang bagi Indonesia untuk bernegosiasi dengan pemimpin G20 lainnya, katakanlah untuk minta bantuan teknis atau pendanaan," ujarnya dalam sebuah diskusi yang digelar di Jakarta, Kamis (14/4/2022).
Agus menyampaikan dengan posisi Indonesia sebagai kepala dalam forum G20 membuat kebijakan yang dirumuskan Indonesia seyogyanya didukung oleh negara-negara G20 lainnya karena itu adalah kebijakan bersama.
Menurutnya, bila mengacu target nir emisi dan kesepakatan untuk meninggalkan batu bara, maka sangat tepat bagi kelompok kerja bidang transisi energi (ETWG) G20 membuat isu prioritas berupa aksesibilitas, teknologi, dan pendanaan.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Indonesia di G20 Tidak Boleh Biarkan Rakyat Susah
Pada akhir Maret 2022, Kementerian ESDM telah memulai sidang ETWG dalam forum presidensi G20 di Yogyakarta.
Pembahasan utama tentang akses energi adalah menciptakan energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua negara, terutama terkait elektrifikasi dan memasak bersih.
Sedangkan isu prioritas terkait teknologi akan dibahas tentang upaya peningkatan dan pemanfaatan teknologi untuk pembangunan industri bersih, integrasi energi terbarukan, dan efisiensi energi.