KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kalimantan Timur kembali mencuri perhatian sebagai pusat energi terbarukan Indonesia.
Kali ini, rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 300 Mega Watt (MW) di Desa Batoq Kelo, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), dipastikan akan menyedot investasi jumbo dari Tiongkok, mencapai Rp 3 triliun.
Baca Juga:
Dampak Positifnya Sangat Luas, ALPERKLINAS Sebut Percepatan Regulasi Menentukan Kepastian Realisasi Energi Terbarukan
Langkah strategis ini melibatkan perusahaan asal China, PT Handa Energi Investasi Indonesia, yang menggandeng mitra lokal PT Tujuan Mulia Makmur.
Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) menilai masuknya investasi energi hijau dalam skala sebesar ini menjadi bukti bahwa arah pembangunan kelistrikan Indonesia mulai bertransformasi ke jalur yang benar.
“PLTA ini adalah tonggak komitmen kita pada energi bersih yang konkret, bukan lagi jargon,” ujar Ketua Umum Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS), KRT Tohom Purba, saat dimintai tanggapan, Selasa (10/6/2025).
Baca Juga:
Berhasil Listriki 90 Persen Negaranya dari Tenaga Air, ALPERKLINAS Apresiasi Rencana Kerja Sama Indonesia–Tajikistan Bangun PLTA di Kalimantan
Menurutnya, lokasi proyek yang berada di wilayah terpencil bukanlah hambatan, melainkan peluang untuk mendorong pemerataan pembangunan.
“Mahakam Ulu selama ini seperti terpinggirkan. Kehadiran PLTA di sana akan menjadi katalis infrastruktur, membuka isolasi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga setempat,” tegas Tohom.
Lebih jauh, Tohom melihat dampak dari proyek ini akan terasa hingga ke kawasan strategis seperti IKN dan provinsi sekitarnya.
“Dengan sistem interkoneksi listrik regional yang semakin kuat, kita berbicara tentang ketahanan energi nasional, bukan hanya regional. China masuk ke proyek ini dengan investasi yang bukan main, dan kita harus memanfaatkannya untuk mempercepat transisi energi tanpa harus kehilangan kedaulatan teknologi dan arah kebijakan,” tambahnya.
Tohom yang juga dikenal sebagai Pengacara Perlindungan Konsumen ini menyoroti pentingnya memastikan bahwa proyek ini juga mengedepankan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat terdampak.
“Transisi energi tidak boleh mengorbankan hak masyarakat lokal. Konsumen, terutama di daerah terpencil, harus dilibatkan dan diberdayakan, bukan hanya dijadikan objek pembangunan,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan agar pembangunan dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas tinggi.
“Kita bicara triliunan rupiah uang yang masuk. Jangan sampai proyek ini dimanfaatkan oleh segelintir pihak untuk keuntungan jangka pendek. Pemerintah daerah harus membuka ruang pengawasan publik,” kata Tohom, menutup pernyataannya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menyatakan optimismenya bahwa proyek ini akan memberikan manfaat besar secara langsung bagi Kabupaten Mahulu dan wilayah Kalimantan secara luas.
“Keberadaan PLTA Batuq Kelo nantinya akan meningkatkan pasokan tenaga listrik dengan memanfaatkan sumber daya air sebagai energi yang ramah lingkungan,” ujar Seno.
Ia juga menyebutkan, proyek ini bisa menjadi pendorong pembangunan infrastruktur dan sosial ekonomi di Mahulu, yang selama ini dianggap sebagai wilayah dengan akses terbatas.
[Redaktur: Mega Puspita]