Konsumenlistrik.com | Pemerintah Indonesia bertekad menciptakan sumber energi zero carbon, untuk mendukung terciptanya netral karbon atau net zero emission (NZE) di tahun 2060.
Untuk mewujudkan itu, biaya yang akan dikeluarkan tak murah atau dibutuhkan dana investasi tambahan senilai US$ 500 miliar atau Rp 7.176 triliun dalam kurs Rupiah.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Mengutip dari CNBC Indonesia Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo menyatakan, untuk mendukung langkah pemerintah dalam mengembangkan energi hijau, upaya yang dilakukan oleh PLN saat ini adalah mengkonversi penggunaan energi fosil seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT),.
"Kemudian akan ada tambahan kapasitas sekitar 200 Giga Watt (GW). Sebagian besar berasal dari energi terbarukan. Membutuhkan investasi tambahan US$ 500 miliar," ujarnya dalam seminar De-Dieselisasi sumber energi di Yogyakarta, Rabu (23/3/2022).
Seperti yang diketahui, PLN berencana mengonversi 499 Mega Watt (MW) PLTD ke pembangkit berbasis EBT. Dengan konversi pembangkit berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) itu, maka PLN akan mengurangi konsumsi BBM sebesar 67 ribu kilo liter (kl) penggunaan BBM.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, bahwa saat ini pihaknya tengah fokus untuk mencapai beberapa target mengenai penggunaan energi terbarukan.
"Berdasarkan RUPTL yang berlaku saat ini, target pembangunan EBT PLN mencapai 51,6% atau sebesar 20,9 GW pembangkit baru EBT yang antara lain terdiri dari: Hydro Power 10,4 GW, Geothermal Power 3.4 GW, Solar Power 4.7 GW dan EBT lainnya 2.5 GW," paparnya.
Lebih lanjut, Darmawan meminta agar semua pihak ikut serta dalam menciptakan transisi ini. Ini juga dilakukan untuk mempercepat 23% sumber energi EBT di tahun 2025 mendatang.