KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) menyambut positif arah baru kepengurusan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) di bawah kepemimpinan Zulfan Zahar.
Organisasi ini menilai keputusan untuk melibatkan berbagai asosiasi energi terbarukan (EBT) sebagai ketua bidang dalam struktur organisasi merupakan langkah strategis yang akan memperkuat ekosistem transisi energi nasional.
Baca Juga:
Menkeu Sri Mulyani Ungkap Gaji PNS Tak Naik di 2026
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa gagasan Zulfan untuk memberi ruang kepemimpinan kepada asosiasi-asosiasi EBT sangat tepat.
Menurutnya, hal ini tidak hanya menambah legitimasi METI, tetapi juga mempercepat konsolidasi lintas sektor dalam mendorong bauran energi bersih.
“Kalau setiap asosiasi diberi kesempatan memimpin bidangnya masing-masing, maka METI akan punya kekuatan kolektif yang lebih solid. Kita tidak bisa lagi bicara EBT dengan pola sektoral yang terkotak-kotak. Konsumen listrik, investor, hingga regulator butuh kepastian bahwa transisi energi ini berjalan dengan kepemimpinan yang kolaboratif,” ujar Tohom, Senin (25/8/2025).
Baca Juga:
PTBA Ubah Eks Tambang Ilegal Jadi Sentra Pertanian Produktif
Ia menambahkan, ALPERKLINAS memandang kehadiran asosiasi sebagai pemimpin bidang bukan sekadar simbol inklusivitas, melainkan motor penggerak yang akan memastikan program berjalan sesuai kebutuhan pasar dan konsumen.
“Di era percepatan EBT, kita memerlukan struktur organisasi yang bukan hanya representatif, tapi juga eksekutif. Artinya, ada tindakan nyata di lapangan, bukan sekadar rapat koordinasi,” lanjutnya.
Tohom juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kepentingan swasta, BUMN, dan konsumen dalam agenda besar transisi energi. Ia menegaskan, METI di bawah Zulfan Zahar harus menjadi katalis, bukan hambatan.
“Transisi energi ini harus sensitif terhadap konsumen. Jangan sampai percepatan EBT justru membebani masyarakat dengan tarif yang tidak rasional. METI harus hadir sebagai penghubung yang cerdas, yang mampu mengawal kepentingan publik sekaligus mendorong investasi,” katanya.
Tohom yang juga Mantan Ketua FAKTA (Front Anti Kolusi Tanah Air) Sumatera Utara ini menilai, langkah Zulfan membuka ruang bagi asosiasi EBT untuk memimpin bidang masing-masing adalah bentuk pembaruan manajerial.
“Saya melihat ini sebagai momentum lahirnya collective leadership. Kepemimpinan kolektif adalah kunci agar METI tidak hanya didominasi oleh figur tertentu, melainkan menjadi rumah besar energi terbarukan,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum METI terpilih, Zulfan Zahar, menyatakan bahwa 100 hari pertamanya akan difokuskan pada penyusunan kepengurusan dan percepatan tender proyek energi baru terbarukan.
Zulfan menegaskan kepengurusan METI akan dirancang inklusif dengan memberi ruang bagi asosiasi untuk memimpin bidang ex-officio dalam organisasi.
“METI ini bukan soal menang atau kalah, melainkan wadah bersama. Kami ingin seluruh pemangku kepentingan terwakili dan bisa bersinergi,” ujar Zulfan.
Dengan kepemimpinan baru yang lebih terbuka, METI diharapkan dapat menjadi motor penggerak percepatan transisi energi sekaligus menjaga kepentingan konsumen listrik di Indonesia.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]