EnergiNews.id | Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa industri hulu migas saat ini berada dalam masa yang dinamis dan penuh tantangan.
Hal tersebut menyusul adanya situasi global yang saat ini masih tak menentu dan masih dibayang-bayangi resesi.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Menurut Dwi, situasi geopolitik dan ekonomi global yang terjadi saat ini telah berdampak pada gangguan pasokan energi dan pangan. Hal itu lantas berimbas pada kenaikan harga yang melonjak signifikan.
"Situasi geopolitik dan ekonomi global saat ini menyebabkan gangguan pasokan energi dan pangan yang selanjutnya menyebabkan kenaikan harga. Kondisi itu berpotensi menimbulkan ancaman inflasi dan krisis ekonomi dan energi," kata Dwi dalam acara International Convention and Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).
Dengan begitu, ia menilai bahwa ketahanan energi merupakan isu yang cukup penting untuk menjadi perhatian bersama.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Di samping itu, ia juga mengungkapkan tren global lain yang mempengaruhi industri migas adalah isu transisi energi.
Dwi bercerita setelah Protokol Kyoto, Perjanjian Paris, dan G20, banyak negara, termasuk Indonesia telah berkomitmen penuh untuk mengurangi emisi karbon.
Sementara di sektor hulu migas, beberapa perusahaan minyak besar telah memasukkan pengurangan karbon dan investasi energi terbarukan dalam portofolio mereka.
"Di industri migas, kami melihat bahwa beberapa perusahaan minyak besar telah memasukkan pengurangan karbon dan investasi energi terbarukan dalam strategi portofolio mereka," kata Dwi.(jef)