Energynews.id | Harga minyak dunia naik 1 dolar per barel pada Kamis (8/9/2022) setelah turun di bawah level dukungan teknis utama di sesi sebelumnya.
Naiknya harga minyak dunia dikarenakan kebuntuan energi antara Eropa dan Rusia.
Baca Juga:
Jokowi Pikir-pikir Beli Minyak Rusia, Lebih Banyak Untung atau Ruginya?
"Tren harga minyak sedang dibentuk oleh berbagai kekuatan eksternal seperti pertempuran energi antara negara-negara Barat dan Rusia," kata analis dari Haitong Futures dalam sebuah catatan seperti dilansir dari Channel News Asia pada Kamis (8/9/2022).
1. Pasokan energi yang terbatas jadi fokus investor
Lebih lanjut, dampak dari setiap kesepakatan antara Barat dan Iran pada program nuklir Teheran juga akan berdampak signfikan terhadap pergerakan harga minyak dunia.
Baca Juga:
Menteri ESDM: Harga BBM Pertalite Berpeluang Turun
"Kami melihat adanya sebuah kesepakatan (dari negara-negara Barat) yang akan mencabut sanksi terhadap ekspor minyak Iran. Sejumlah investor juga memprediksikan suplai energi akan terhambat dengan adanya kebijakan dari Rusia," ujarnya.
2. Minyak mentah berjangka Brent naik jadi 88,63 dolar AS per barel
Sebagai informasi, minyak mentah berjangka Brent naik 63 sen, atau 0,7 persen, menjadi 88,63 dolar AS per barel pada 0628 GMT setelah ditutup pada level terendah sejak awal Februari di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka AS naik 70 sen, atau 0,9 persen, menjadi 82,64 dolar AS per barel.
Sejumlah analis menyatakan kenaikan harga minyak dunia sendiri juga dikarenakan ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan ekspor minyak dan gas Rusia jika batas harga diberlakukan oleh pembeli di Eropa.
3. Uni Eropa tidak menampik adanya pembatasan harga minyak dari Rusia
Uni Eropa memang mengusulkan adanya pembatasan harga energi dari Rusia. Hal tersebut meningkatkan risiko suplai energi ke sejumlah negara di Uni Eropa.
Gazprom sendiri telah menghentikan aliran dari pipa Nord Stream 1 dengan tujuan untuk memotong sebagian besar pasokan energi ke Eropa.
Bereaksi terhadap melonjaknya harga energi, Perdana Menteri baru Inggris, Liz Truss, justru mengambil langkah untuk berusaha memanfaatkan lebih banyak cadangan minyak Inggris di Laut Utara.
Pemerintah Inggris diperkirakan akan mengumumkan lusinan izin eksplorasi minyak dan gas di Laut Utara dalam upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri.
Sementara itu, sejumlah bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan memulai babak baru kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi.
Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara tajam ketika pertemuan dewan gubernur pada hari ini. Pertemuan Federal Reserve AS menyusul pada 21 September mendatang. [jat]