Energynews.id | Perusahaan minyak dan gas (migas) rusia, Gazprom, mengumumkan mengurangi pasokan gas ke Jerman, mulai pekan ini.
Hal tersebut, menambah panjang daftar negara-negara Eropa yang mendapat pengurangan pasokan gas Rusia.
Baca Juga:
Pastikan Kompetensi dan Kelayakan Kerja, PEP Papua Resmikan Tempat Uji Kompetensi Bidang Operasi Produksi Migas Pertama di Papua
Sejauh ini, Rusia telah memangkas pasokan gas ke Finlandia, Polandia, Bulgaria, Orsted Denmark, Austria, Slovakia juga perusahaan Belanda GasTerra dan raksasa energi Shell untuk kontrak Gas di Jerman.
Hal itu, terkait dengan sanksi Barat yang memicu Rusia meminta pembayaran gas dengan menggunakan Rubel.
Pada Rabu (15/6/2022), Gazprom menyatakan akan mengutrangi pasokan gas ke Jerman karena masalah teknis terkait pengembalian peralatan yang dilayani oleh Siemens Energy Jerman yang tertunda.
Baca Juga:
Regional 4 SHU Pertamina Terapkan 3 Strategi Unggulan dalam Operasional Migas di Indonesia Timur
Pengumuman itu, dipertegas CEO Gazprom, Alexei Miller, yang mengatakan bahwa Rusia akan bermain dengan aturannya sendiri terkait pasokan gas ke negara-negara Eropa.
“Produk kami, aturan kami. Kami tidak bermain dengan aturan yang tidak kami buat,” kata Miller dalam panel diskusi, di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, pada Kamis (16/6/2022), setelah pengumuman pengurangan pasokan gas ke Jerman.
Miller mengatakan, mengatakan pengembalian peralatan di stasiun kompresor Portovaya, yang merupakan bagian dari pipa Nord Stream 1 yang membawa gas Rusia ke Jerman, telah terhambat oleh rentetan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Karena tak ada solusi dari Jerman mengenai hal itu, Gazprom memutuskan untuk mengurangi pasokan gas, seiring dengan kendala teknis di pipa Nord Stream 1.
Namun Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, membantah hal itu dan menilai pengumuman Gazprom adalah "keputusan politik" yang dirancang untuk meresahkan kawasan Uni Eropa dan menaikkan harga gas.
Pengumuman Gazprom tersebut telah memicu kenaikan harga gas di Jerman dan Belanda. NCBC melaporkan, harga grosir gas di Belanda melonjak sebesar 9 persen selama transaksi Jumat (17/6/2022) pagi waktu setempat.
Kebijakan terbaru yang dibuat Gazprom semakin mempertegas kekhawatiran mengenai persediaan energi Uni Eropa pada musim dingin.
Pekan lalu, Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, memperingatkan bahwa negara-negara UE mungkin berisiko mengalami penjatahan energi selama musim dingin, jika negara-negara anggota tidak mengambil lebih banyak langkah untuk meningkatkan efisiensi energi.
Hal itu, didorong oleh risiko gangguan pasokan gas ke UE yang sekitar 40 persen dipasok Rusia. Banyak kalangan menilai jika perang Rusia-Ukraina tak segera berakhir dan sanksi Barat terus menggigit, maka tak ada harapan untuk pasokan energi dari Rusia bagi Uni Eropa. [jat]