Energynews.id | Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sekarang ini sedang jadi fokus pemerintah dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor energi, sekaligus menciptakan ketahanan energi nasional.
Panas bumi dinilai menjadi salah satu sumber energi yang selaras dengan fokus pemerintah tersebut, mengingat besarnya potensi yang ada di Indonesia.
Baca Juga:
Ambil Langkah Agresif dalam Transisi Energi, PLN Menjalin 28 Kerjasama pada EBTKE Conex 2023
Ketua Umum Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi menilai, besarnya potensi panas bumi dapat menjadi modal menjalankan transisi energi di Tanah Air.
Oleh karenanya, ia menilai pengembangan potensi panas bumi di Indonesia harus terus ditingkatkan dalam berbagai bentuk, mulai dari ekspansi lapangan eksisting, kegiatan eksplorasi pada area area baru, dan pemanfaatan panas bumi “beyond energy”.
Lebih lanjut ia bilang, sebenarnya pemangku kepentingan panas bumi telah berkolaborasi memulai inisiatif baru untuk mencari terobosan, gagasan agar energi panas bumi dapat berperan serta menjadi andalan dalam transisi energi.
Baca Juga:
Percepat Pengembangan EBT, PLN Gandeng Danish Energy Agency
"API akan terus mendukung upaya-upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia khususnya energi panas bumi yang menunjukkan bahwa transisi energi itu bukan solusi, transisi energi harus dilakukan dalam menjawab tantangan ketahanan dan kemandirian energi nasional," tutur dia dalam keterangan resmi, Kamis (15/9/2022).
Energi panas bumi sebenarnya memiliki sejumlah kelebihan yang dinilai menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor, seperti dari ketersediaan dalam 24 jam dan tidak terpengaruh kondisi cuaca dan iklim.
Oleh karenanya, untuk memaksimalkan potensi besar dan ketertarikan yang dimiliki investor, acara The 8th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2022 digelar.
Ketua Panitia Pelaksana IIGCE 2022 Riza Pasikki mengatakan, tujuan diselenggarakannya acara tersebut untuk menjadi forum mempertemukan lembaga pemerintah, pembuat kebijakan, pemangku kepentingan, investor, perusahaan jasa, akademisi, dan pakar industri panas bumi.
"Ini untuk meningkatkan serta mempercepat pengembangan di industri panas bumi di Indonesia khususnya dan sudah tentu seluruh dunia sebagai tanggung jawab bersama bagi masa depan yang lebih baik," ujar dia.
Riza menargetkan lebih dari 1.000 delegasi menghadiri acara yang digelar hingga 16 September ini secara virtual, yang terdiri dari perusahaan pengembang panas bumi, perusahaan pelayanan panas bumi, perusahaan pendukung, pemerintah, para ahli dari universitas serta mahasiwa.
"Tidak ada alasan untuk menunda pemanfaatan panas bumi di Indonesia tercinta ini," ucap Riza. [jat]