Energynews.id | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan bahaya penambahan investasi baru untuk proyek energi fosil.
Organisasi dunia tersebut menyebut hal itu merupakan tindakan delusional yang dapat berdampak pada perubahan iklim.
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
"Krisis energi yang diperparah oleh perang di Ukraina telah mengakibatkan penggandaan bahan bakar fosil yang berbahaya oleh negara-negara ekonomi utama," kata Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pidato video di KTT Dunia Austria, dikutip Reuters, Selasa (14/6/2022).
Adapun, sejak serangan Rusia ke Ukraina pada Februari, beberapa negara telah beralih untuk membeli lebih banyak bahan bakar fosil non-Rusia atau berinvestasi di ladang minyak dan gas baru untuk menopang pasokan energi mereka.
Misalnya, Jerman dan Belanda mengumumkan rencana bulan ini untuk mengembangkan ladang gas Laut Utara yang baru, dan Kanselir Olaf Scholz juga mengatakan Jerman ingin mengejar proyek gas dengan Senegal.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
North Field East milik perusahaan negara QatarEnergy juga sedang berkembang sebagai bagian dari proyek gas alam cair terbesar di dunia, dan Inggris mendanai proyek LNG di Mozambik.
Guterres mengatakan pendanaan baru untuk eksplorasi bahan bakar fosil dan infrastruktur produksi adalah khayalan dan akan memperburuk masalah polusi dan perubahan iklim global.
Para ilmuwan pun mengatakan emisi karbon dioksida global perlu dikurangi sekitar setengahnya pada 2030, dan mencapai nol bersih atau netral karbon pada 2050 untuk menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Negara-negara yang melakukan investasi bahan bakar fosil baru juga masing-masing memiliki target untuk mengurangi emisi CO2 pada 2030.
Jerman mengatakan diversifikasi pasokan gas jangka pendeknya tidak akan menggagalkan rencana iklimnya untuk pada akhirnya memangkas penggunaan bahan bakar fosil, dan mencapai target ambisius baru untuk energi terbarukan yang dibuat.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) telah menyerukan diakhirinya proyek minyak, gas, dan batu bara baru untuk memenuhi tujuan iklim global, dan mengatakan investasi energi terbarukan harus tiga kali lipat pada tahun 2030.
Terkait hal tersebut, Guterres meminta pelaku keuangan untuk mendanai proyek energi terbarukan. [jat]