Energynews.id | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) makin gencar meminta dukungan berbagai kalangan untuk mengejar target Net Zer Emissions melalui transisi energi.
Salah satu upayanya adalah dengan mematikan Pembangkit Listrik Tengaa Uap (PLTU) Batu bara maupun konversi kompor listrik.
Baca Juga:
Arsjad Rasjid dan Anindya Bersatu, Kadin Siap Gelar Munas Usai Pelantikan Presiden
“Dilakukan program early retirement untuk pembangkit-pembangkit fosil yang usianya sudah lanjut. Kemudian untuk meningkatkan konsumsi listrik, dilakukan konversi kompor gas menjadi kompor listrik dan konversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik,” kata Arifin Tasrif, Menteri ESDM, Rabu (20/7).
Saat ini sumber energi fosil yang dimiliki Indonesia sudah berkurang dan diperlukan transisi energi menjadi sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.
Pemerintah juga sudah menetapkan target-target besar di sektor energi terbarukan, yakni penurunan emisi karbon sebesar 29 persen pada tahun 2030 dengan upaya sendiri, atau mencapai 51% dengan dukungan komunitas internasional.
Baca Juga:
Kata Djarot PDIP Soal Jokowi Reshuffle Diakhir Jabatan
“Kemudian target bauran kita, pada tahun 2025 ini kita berharap capaian bauran energi baru kita bisa 23%. Tentu saja perlu upaya lokal dari seluruh unsur. Nah dari segi pembayaran, sudah ditetapkan inisiatif, antara lain adanya aturan untuk pemasangan PLTS Atap. Kemudian juga kita menyiapkan Peraturan Presiden terkait tarif EBT, ini mudah-mudahan dalam waktu dekat dapat disahkan,” ungkap Arifin.
Wiluyo Kusdwiharto, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), menyatakan Indonesia telah memberikan komitmen untuk berkontribusi terhadap penurunan emisi global melalui adopsi Paris Agreement dalam Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim).
“Dengan mengacu hal tersebut, METI perlu menyusun program-program yang dapat membantu percepatan pencapaian target-target pemerintah. METI juga perlu memberikan masukan, mulai dari proses penyusunan peta jalan, penyusunan regulasi terkait, hingga pada tahap implementasinya,” ujar Wiluyo yang juga merupakan Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN. [jat]