Energynews.id | Huawei menyatakan berkolaborasi dengan mitra strategis serta para pemangku kepentingannya dalam ekosistem energi terbarukan untuk menyelenggarakan konferensi bertema “Green, the New Fashion”.
Tujuannya mendorong kerjasama dalam ekosistem untuk mendorong percepatan transformasi energi hijau Indonesia menuju target nol emisi karbon pada tahun 2060.
Baca Juga:
Baidu dan Huawei Garap Masa Depan Otomotif: Navigasi, ADAS, dan Kokpit Pintar
“Saat ini sebagian besar kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi dengan energi fosil, oleh karena itu upaya mengubah pola konsumsi ini menuju pemanfaatan energi terbarukan secara lebih luas merupakan sebuah tantangan yang cukup berat," kata Basilio Dias Araujo, MA, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves.
"Harapannya, semakin mampu kita memanfaatkan potensi energi lokal (energi terbarukan), semakin mahir pula kita memperkuat ketahanan energi nasional.”
“Pemerintah telah menetapkan kapasitas tambahan sebesar 361 gigawatt untuk dihasilkan oleh solar PV hingga 2060, khususnya melalui pengembangan PV berskala besar, rooftop PV, dan floating PV.
Baca Juga:
Dukungan Digital: PLN dan Huawei Hadirkan Joint Innovation Center
Berkat potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) yang tersebar di berbagai wilayah di penjuru Nusantara, teknologi smart grid serta super grid dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemanfaatan serta penetrasi EBT di Indonesia.
"Saat ini, kami terus berupaya mendorong pelaksanaan skema dan program berskala nasional untuk menggali dan memanfaatkan potensi tersebut,” sambung Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM.
”Kami di Huawei mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan teknologi listrik, untuk memaksimalkan efisiensi daya dan digitalisasi industri daya. Indonesia sangat kaya dalam potensi energi surya, dibandingkan dengan sumber energi angin atau air.
"Dengan memanfaatkan sumber energi surya yang berlimpah ini, kita dapat mendukung transisi energi Indonesia guna menyumbangkan lebih banyak lagi energi hijau, serta mendorong transformasi industri sehingga tercipta lebih banyak peluang kerja dan SDM yang kompeten, guna mewujudkan manfaat yang sangat besar bagi bangsa Indonesia,” kata Andi Liu, CEO Huawei Digital Power Indonesia.
Sementara itu, Andriah Feby Misna, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Kementerian ESDM Republik Indonesia, mengatakan, salah satu strategi yang telah diimplementasikan Indonesia guna mendorong pengembangan dan adopsi EBT secara masif, khususnya oleh khalayak luas, adalah melalui regulasi dan promosi yang mendukung pemasangan solar PV di atap bangunan.
"Sektor EBT yang terus bertumbuh pesat ini juga akan diuntungkan dengan kehadiran startup-startup baru yang dapat memprakarsai proyek-proyek EBT, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan laju inovasi."
Zainal Arifin, Executive Vice President of Engineering and Technology, PLN, menuturkan, rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) memproyeksikan penambahan kapasitas dari EBT akan mencapai 30,9 GW, yang sebagian besarnya akan dihasilkan oleh pembangkit EBT dengan total energy mix sebesar 24,8 persen pada tahun 2030.
Mengutip International Energy Agency (IEA), penghasil utama emisi karbon secara global adalah listrik, industri, dan transportasi. Sektor listrik dan transportasi masing-masing menyumbang 40 persen dan 21 persen dari total emisi karbon dunia, sementara sektor TIK mengkonsumsi 4 persen dari produksi listrik global.
Untuk mencapai target nol emisi karbon, produksi listrik rendah karbon dan konsumsi energi listrik adalah suatu keharusan.
Huawei Digital Power bekerjasama dengan jajaran mitranya untuk terus melakukan inovasi dalam produksi dan konsumsi energi guna mewujudkan hasil yang ramah lingkungan dan rendah karbon, di antaranya melalui Smart PV, digitalisasi energi, fasilitas daya situs, fasilitas pusat data, dan mPower.
Hingga saat ini, Huawei Digital Power telah membantu pelanggannya menghasilkan 443,5 miliar kWh energi hijau, menghemat 13,6 miliar kWh energi listrik, dan memangkas emisi karbon dioksida hingga 210 juta ton, atau setara dengan menanam 290 juta pohon. [jat]