EnergiNews.id | Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) memaparkan dunia masih mengalami masalah kemiskinan energi. Maksudnya, akses energi bagi masyarakat di seluruh dunia belum merata.
Padahal, menurut Senior Upstream Oil Industry Analyst OPEC, Mohammad A. Al Kazimi pertumbuhan permintaan energi di dunia masih sangat besar. Tak terkecuali pada minyak dan gas bumi.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
"Kemiskinan energi tetap menjadi masalah utama," ungkap Al Kazimi dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG), di Bali Nusa Dua Convention Center, Kamis (24/11/2022).
Dia memaparkan di tahun 2020 saja masih ada 700 juta orang lebih di seluruh dunia yang belum mendapatkan akses listrik. Tak terkecuali di Indonesia.
"Penting untuk diingat bahwa pada tahun 2020, masih ada sekitar 733 juta orang tetap tanpa akses listrik," papar Al Kazimi.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Bukan hanya itu, masih ada sekitar 2,4 miliar orang kekurangan akses energi masak yang bersih. Jumlah itu mencapai sepertiga dari populasi dunia.
Al Kazimi menjelaskan permintaan energi primer global diperkirakan akan terus tumbuh dalam jangka panjang. Jumlahnya akan meningkat secara signifikan 23% pada periode hingga 2045.
Sementara energi terbarukan akan meningkat secara signifikan lebih cepat daripada sumber energi lainnya energi dengan rata-rata tahunan sekitar 7,1% hingga 2045.
Gas alam dinilai bakal tumbuh signifikan beberapa tahun ke depan di tengah tren transisi energi. Energi yang satu ini dinilai lebih bersih dibandingkan minyak bumi.
"Gas alam akan menjadi bahan bakar fosil yang tumbuh paling cepat selama perkiraan periode, didorong sebagian oleh tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, permintaan industri dan penggantian jangka panjang batubara dalam pembangkit listrik," papar Al Kazimi.(jef)