Energynews.id | Chevron Corporation (NYSE: CVX) melalui anak perusahaannya, Chevron New Ventures Pte. Ltd. (Chevron), serta PT Pertamina (Persero) mengumumkan kerja sama untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.
Keduanya akan menjajaki pengembangan teknologi panas bumi baru (novel geothermal), penyeimbangan karbon (carbon offsets) melalui solusi berbasis alam, penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization, dan storage) (CCUS), serta pengembangan, produksi, penyimpanan, dan transportasi hidrogen dengan rendah karbon (lower carbon hydrogen).
Baca Juga:
Field Trip SMKN 1 Kota Sorong, SKK Migas-Pertamina EP Papua Dukung Pengembangan Pendidikan
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di Washington, DC yang dihadiri oleh Jay Pryor, Executive Vice President Business Development Chevron, Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala BKPM.
“Kami sangat antusias dalam membangun sejarah Chevron hingga hampir 100 tahun di Indonesia. MoU ini menunjukkan komitmen Chevron dan Pertamina untuk terus mengidentifikasi peluang rendah karbon melalui kolaborasi dan kemitraan antara Chevron, perusahaan energi nasional, dan pemerintah, yang masing-masing memiliki kepentingan bersama dalam mendorong transisi energi nasional,” ungkap Jeff Gustavson, Presiden Chevron New Energies, Kamis (12/5).
Menurutnya melalui potensi kerja kami di Indonesia, dan seluruh kawasan Asia Pasifik, Chevron berharap dapat menyediakan energi yang terjangkau, andal, dan selalu bersih.
Baca Juga:
BPKN Desak Pengawasan Ketat dan Tindakan Tegas terhadap SPBU Nakal
“Serta membantu industri dan konsumen yang menggunakan produk kami untuk mencapai tujuan rendah karbon mereka,” kata Jeff.
Kerja sama antara Chevron dan Pertamina ini merupakan bagian dari upaya kedua perusahaan untuk mendukung target net zero emission Pemerintah Indonesia pada tahun 2060. Adapun Pertamina berkomitmen meningkatkan bauran energi terbarukan dari 9,2% pada tahun 2019 menjadi 17,7% di tahun 2030.
Nicke Widyawti, Direktur Utama Pertamina, menjelaskan sebagai BUMN energi terbesar di Indonesia, Pertamina terus berkomitmen untuk mempercepat transisi energi sesuai dengan target pemerintah.