Energynews.id | Penerapan Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization, and Storage (CCUS) jadi salah satu strategi PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas untuk mengurangi emisi karbon.
Namun demikian ternyata implementasinya memakan waktu yang cukup lama.
Baca Juga:
Greenpeace Sebut RI Tak Efektif Pakai Teknologi Carbon Capture & Storage
Taufik Aditiyawarman Direktur Pengembangan dan Produksi Pertamina Hulu Energi (PHE) Subholding Upstream Pertamina menjelaskan ada proses cukup panjang untuk bisa menerapkan CCS maupun CCUS di lapangan-lapangan migas yang dikelola Pertamina.
Dia menuturkan pengembangan teknologi CCUS masih dalam tahap studi baik subsurface maupun surface yang sudah dimulai dari beberapa tahun lalu hingga 2-3 tahun ke depan yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan pilot project.
“Jika pilot project ini berhasil akan dilanjutkan dengan full-cycle implementation,” kata Taufik dalam keterangannya, Senin (7/3).
Baca Juga:
Debat Cawapres: Sorotan Netizen pada Carbon Capture and Storage (CCS)
Kemudian evaluasi dilakukan baik dari subsurface untuk memastikan kondisi reservoir yang akan diinjeksi dengan CO2 supaya dapat memberikan pengaruh pada kenaikan produksi, demikian juga dengan fasilitas injeksi C02 di permukaan yang akan dibangun supaya sesuai dengan kapasitas yang optimal untuk mendapatkan peningkatan produksi tersebut.
“Ini juga sebagai upaya peningkatan oil dan gas recovery (EOR/EGR) untuk meningkatkan produksi migas Pertamina,” ungkap Taufik.
Menurut dia Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai net zero emission pada 2060 yang memerlukan infrastruktur, teknologi dan pembiayaan cukup besar, serta pilot project untuk teknologi green energy yang perlu dievaluasi setiap tahunnya.
“Harapan saya, Subholding Upstream dapat menjalankan semua inisiatif program penurunan emisi yang telah direncanakan, bahkan lebih agresif lagi untuk mencapai net zero emission. Hal ini memerlukan dukungan dari para stakeholder, khususnya terkait kebijakan dan regulasi yang tepat untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif,” kata Taufik.
Pertamina sebenarnya sudah melakukan kolaborasi dalam upaya mengejar target penurunan emisi di kegiatan hulu migas misalnya di luar Pertamina Group saat ini adalah dengan konsumen gas, yaitu untuk memanfaatkan gas yang dihasilkan Subholding Upstream termasuk pemanfaatan gas yang saat ini masih dibakar atau gas flare.
Kemudian saat ini Subholding Upstream bersama dengan Direktorat SPPU Holding, melakukan kerja sama studi CCUS untuk lapangan Sukowati dengan sumber C02 dari Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) berpartner dengan Lemigas & Japex, sementara studi di lapangan Kedung Tuban dengan sumber CO2 dari CPP Gundih berpartner dengan ITB-Janus.
“Ada satu lagi partner lain yang sudah melakukan MoU yaitu Jogmec yang akan melakukan studi CCUS untuk lapangan lainnya. Selain itu melalui Pertamina Holding, telah dilakukan penandatanganan kerja sama penerapan teknologi rendah karbon dan CCUS dengan ExxonMobil di Glasgow pada 3 November 2021 lalu,” jelas Taufik. [jat]